.gradient { background: -webkit-gradient(linear, left top, left bottom, color-stop(0, #fafafa), color-stop(1, #f5f5f5)); } - See more at: http://www.seoterpadu.com/2015/01/7-cara-mempercantik-tampilan-blog.html#sthash.3B05lUGi.dpuf

Jumat, 13 Mei 2016

Bangunan Bersejarah

 Eks Rumah Tuan Kongsi (vertegenwoordiger)
Bangunan yg eks kediaman Tuan kongsi ini dibangun pada tahun 1906, sekarang tinggal tersisa reruntuhannya saja yang ada. Pada waktu itu bangunan tersebut didirikan di atas bukit Gunung Pandan, disebelah barat lapangan tenis Tanjung Pendam yang masih termasuk wilayah Museum Daerah di Tanjung Pendam.
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbtanjungpinang/2014/06/06/bangunan-bersejarah-di-pulau-belitung/

Bangunan Bersejarah

Wisma Samudera
Wisma Samudra yang terletak di Toboali ini merupakan bangunan bersejarah. Bangunan ini merupakan salah satu tempat pemerintahan pada zaman kolonial Belanda. setelah belanda hengkang, tepatnya pada tahun 1948, ditemani Mr. Agus Salim, Mr. Leimina dan Mr. Suryadarma, Bung Karno dihalaman Wisma Samudera membakar semangat perjuangan masyarakat Toboali dengan retorikanya yang amat terkenal dan mampu mengeskalasi naluri dan jiwa kebangsaan rakyat. Hal tersebut menjadi sejarah kota tobali yang menjadi ibukota Kabupaten Bangka Selatan yang terletak sekitar 125 KM dari ibukota Bangka Belitung Pangkalpinang. 

Babgunan Bersejarah

Masjid al-Ikhlas
Masjid yang dulunya dijadikan tempat basis perjuangan melawan penjajah ini dibangun pada tahun 1817. Masjid ini berlokasi di di Desa Sijuk, Belitung. Dengan sejarah perjuangan yang kental mewarnainya, masjid ini juga ternyata merupakan masjid tertua yang pernah ada di Belitung. Karena kondisi masjid yang perlu perbaikan, maka pada tahun 2008 masjid ini mengalami pemugaran kembali. Dilihat dari bentuk fisiknya, masjid ini berukuran delapan kali delapan meter. Bagian mihrab agak menjorok dari bangunan utama dan diberi atap dengan bentuk yang sama dengan bangunan utamanya yakni berbentuk limas tumpuk dua dengan kubah kecil atasnya. Bagian atas mihrab tertera tanggal perbaikan masjid dengan huruf Arab Melayu, bertuliskan “diperbaiki 1 Rajab 1370 Hijriyah”.

Bangunan Bersejarah

E.C (Electrische Centrale) Samak – Manggar
E.C (Electrische Centrale) pada masanya adalah salah sebuah bangunan penting yg dibangun di Bukit Samak – Kec. Manggar Belitung Timur pada tahun 1909 oleh perusahaan Belanda, Billiton Maatschappij. Billiton Maatschappij merupakan perusahaan milik kerajaan Belanda yg memiliki kuasa menambang timah di wilayah Bangka, Belitung dan beberapa tempat lainnya di masa penjajahan. Begitu fenomenalnya kisah bangunan E.C itu, hingga tak satupun penduduk Belitung yg tidak mengenal namanya.
Bangunan tersebut adalah sebuah stasiun pembangkit listrik bertenaga diesel. Pada masanya E.C sempat di klaim sebagai PLTD terbesar di Asia Tenggara. Mesin diesel sebagai pembangkit daya, pernah diperbaharui pada tahun 1955 dengan mendatangkan mesin diesel 4 tak/langkah, 10 cylinder produksi Stork-Hesselman – Belanda. Mesin tersebut mampu menghasilkan tenaga berkekuatan 2400Hp dg daya yg dihasilkan sebesar 1650 KW. Tidak tanggung-tanggung sebuah telaga turut difungsikan sebagai sumber pendingin untuk mesinnya. Getaran mesinnya dapat kita rasakan sampai radius kurang lebih 1 km.
Dengan kapasitas daya sebesar itu, E.C mampu memenuhi kebutuhan listrik untuk 4 kecamatan pada waktu itu. Beberapa tangki berukuran besar disiapkan di tempat lain yaitu di pinggir pantai tak jauh dari bangunan E.C berada, khusus untuk menampung supply bahan bakar solar mesin dieselnya. Penduduk sekitar mengenal tempat tersebut dengan nama Olie Pier. Olie Pier sebenarnya dalam bahasa belanda kurang lebih artinya adalah pangkalan/pelabuhan minyak.

Namun amat disayangkan, bangunan tua yg seharusnya dapat dijadikan monumen untuk mengenang masa keemasan penambangan timah di P. Belitung. Bangunan tersebut sekarang telah rata dengan tanah akibat dari perbuatan tangan-tangan yang tidak bertanggung-jawab. Tinggal puing-puing bangunannya saja yg dapat disaksikan. Peristiwa tersebut terjadi ketika Belitung mengalami masa-masa sulit pasca PT. Timah. Sebagian besar bahan bangunan terutama bagian yg terbuat dari besi dan tembaga menjadi target penjarahan oknum-oknum yg tidak bertanggung-jawab tersebut. Seperti beberapa bangunan buatan Belanda lainnya, konon katanya sepasang pengantin Belanda lengkap dengan pakaian pengantinnya ikut dikuburkan di dalam sebuah ruangan khusus yg berada di bagian dasar bangunan E.C tersebut sebagai tumbal. Entah benar atau tidaknya, mitos tersebut telah menjadi bahan pembicaraan masyarakat setempat sampai saat ini.

Bangunan Bersejarah

 Jam Gede
Ada begitu banyak situs-situs bangunan bersejarah di Belitung yang telah berubah posisi dari lokasi awalnya bahkan ada juga yang telah hilang tanpa diketahui dimana rimbanya. Diantara semua yang sudah berubah adalah Jam Gede yang ada di Kota Tanjungpandan, Ibukota Kabupaten Belitung. Jam Gede merupakan situs sejarah yang menjadi Landmark Kota Tanjungpandan yang terletak di menara sebuah gedung yang sekarang menjadi Bharata Department Store. Menurut Rosihan Sahib , Jam Gede yang ada sekarang ini bukanlah Jam Gede asli, melainkan sudah diganti dengan yang baru. Rosihan menggambarkan jam gede asli sama dengan jam yang ada di Kota Amsterdam, Belanda. Bandul Jam Gede ini terbuat dari kuningan. Warna dasarnya agak kekuning-kuningan dan angka-angka yang tertera pada jam tersebut adalah angka-angka Romawi. Menurut Rosihan “Yang pasti Kota Tanjungpandan kehilangan landmark-nya yaitu Jam Gede. Tidak tahu siapa yang menyimpan atau mengambilnya,” Mengapa bisa demikian? Ini tidak lain dan tidak bukan adalah karena kurangnya kepedualian pemerintah setempat dan masyarakat agar peduli dengan benda-benda atau situs seperti Jam Gede tersebut. Beberapa waktu belakangan ini telah dibangun di boulevard Kota Tanjungpandan, Tugu Batu Satam, yang konon katanya akan difungsikan sebagai landmark Kota Tanjungpandan untuk menggantikan Jam Gede.

Bangunan Bersejarah

Rumah Tuan Kuase (Hoofdadministrateur)
  Sejarah Rumah Tuan Kuase atau Hoofdadministrateur tercatat dalam catatan harian John Francis Loudon berjudul ‘De eerste jaren Der Billiton-Onderneming’, dan telah diterbitkan tahun 1883 dalam bentuk buku. Dalam buku itu John Francis Loudon menceritakan masa pertama kali dia melakukan eksplorasi timah di Pulau Belitung pada tahun 1851.
Dengan Van Tuyl dibicarakan apakah sudah diperlukan untuk pengangkatan seorang Hoofd-Administrateur dari usaha yan sedang dijalankan. Yang harus memegang jabatan ini haruslah seseorang yang mengetahui seluk beluk pertambangan timah dan untuk ini hanya bisa didapat dari Bangka. Dalam penilaian nantinya yang tepat adalah Heydeman. Rencana selanjutnya adalah Van Tuyl akan menghubungi Heydeman di Sungai Selan dan saya beserta De groot akan menjelajahi Pulau Belitung karena hal ini sangat diperlukan untuk mendapatkan lebih banyak keterangan tentang pulau ini.
   Eks. Rumah Tuan Kuase atau Hoofdadministrateur terletak sekitar 250 merter dari objek wisata Pantai Tanjungpendam, Juga tidak begitu jauh dari pusat Kota Tanjungpandan yang merupakan ibukota Kabupten Belitung. Ini merupakan bangun bersejarah peninggalan Belanda yang dilindungi oleh Undang – Undang Tentang Cagar Budaya.
Bangunan Eks. Rumah Tuan Kuase merupakan salah satu dari sekian banyak bangunan bersejarah sekaligus Benda Cagar Budaya peninggalan Hindia Belanda yang ada di Belitung yang masih terawat sangat baik. Tidak begitu banyak informasi yang saya dapatkan tentang Rumah Tuan Kuase atau Hoofdadministrateur ini, jika melihat halaman depan rumah ini yang selalu rapi dan bersih, sudah dapat dipastikan bahwa bangunan Benda Cagar Budaya yang satu ini sangat terawat dengan baik sekali. Selain sebagai bangunan peninggalan yang sarat akan nilai historis namun memiliki keunikan. Pada beberapa sudut halaman bangunan terdapat batu granit yang cukup besar serta diteduhi oleh beberapa pohon Beringin besar yang kalau menurut saya sudah berumur ratusan tahun, seiring dengan pembangunan awal Hoofdadministrateur ini.
Berkunjung ke kawasan Tanjungpendam, setiap pengunjung tidak hanya akan disajikan dengan bangunan Benda Cagar Budaya seperti Eks. Rumah Tuan Kuase yang sarat makna historis akan tetapi setiap pengunjung bisa melihat dan menikmati panorama Pantai Tanjungpendam. Pantai ini merupakan salah satu pantai terbaik yang dimiliki Belitung untuk menikmati sunset.

Bangunan Sejarah

Bendungan Pice
Konon bendungan kecil ini adalah cikal-bakal Bendungan Pice. Bendungan ini dibangun untuk mengatur ketinggian dan debit air yg berasal dari hulu Sungai Lenggang, untuk menunjang pengoperasian EB II yg pada saat itu beroperasi di areal sekitar hilir Sungai Lenggang. Namun sayangnya, bendungan ini sudah tidak dapat kita temui lagi. Tinggal sedikit sisa2 bangunannya saja yg bisa kita lihat.Bendungan yg menjadi ikon Kec. Gantung ini sekarang masih berdiri dan berfungsi dg baik. Lokasinya berada di Desa Canggu. Bendungan ini di dirikan pada tahun 1928, istilah “Pice” diambil dari nama sang arsitek yg merancang bendungan ini yaitu Mr. Vance.Bendungan peninggalan belanda di Belitung.
merupakan sebuah bangunan peninggalan sejarah yang terletak dibagian hulu sungai Lenggang.
Bendungan yang lazim disebut “PICE” oleh masyarakat setempat diambil dari nama “Sir vance”, yaitu seorang Insinyur Arsitek Belanda yang membangunnya, merupakan sebuah bangunan peninggalan sejarah yang terletak dibagian hulu sungai Lenggang Kota Gantung.
Bendungan yang tidak kurang dari 50 meter panjangnya ini dibangun pada tahun 1936-1939.  Mempunyai 16 pintu dengan ukuran 2,5 meter dari tiap pintunya. Dari sinilah air terjun dengan ketinggian 10 meter.

Dulu pada masa penambangan timah masih diusahakan oleh perusahaan milik Belanda (GMB), bendungan tersebut berfungsi sebagai alat pengatur tinggi rendahnya permukaan air guna mempermudah sistem kerja kapal keruk melakukan eksplorasi timah.

Bangunan Bersejarah

Museum Timah
         Museum yang menjadi kebanggaan masyarakat Provinsi Bangka Belitung ini merupakan satu-satunya museum timah yang ada di Indonesia, bahkan di Asia. Seperti yang kita ketahui, Provinsi Bangka Belitung memiliki banyak obyek wisata berupa pantai yang menjadi favorit para wisatawan. Namun hal tersebut tidak lantas menjadikan museum ini sepi pengunjung. Justru Museum Timah ini merupakan obyek wisata favorit selain berbagai pantai yang terdapat di Pangkalpinang.
Dahulu bangunan museum ini merupakan tempat tinggal para karyawan Bangka Tin Winning (BTW). Pernah pula digunakan sebagai tempat diadakannya Perjanjian Roem-Royen. Sebuah perjanjian antara Indonesia dan Belanda pada tanggal 7 Mei 1949. Pada waktu itu delegasi Indonesia diwakili oleh Mr. Moh. Roem. Sedangkan delegasi Belanda diwakili oleh H.J. Van Royen. Hasil perjanjian tersebut hingga kini masih tersimpan dengan rapi di museum ini sebagai bukti sejarah Indonesia. 
          Museum Timah sendiri berdiri pada tahun 1958. Di awal berdirinya, museum ini hanya mencatat sejarah pertimahan Bangka-Belitung oleh karyawan BTW agar masyarakat luas bisa mengenal. Namun saat resmi dibuka untuk umum pada tanggal 2 Agustus 1997 oleh PT. Timah Tbk, koleksi di museum ini semakin lengkap. Tersimpan sejarah proses penambangan timah dari alam hingga pengolahan secara tradisional maupun modern, baik berupa dokumen maupun foto-foto yang menjadi koleksi museum ini.

Bangunan Bersejarah

Mercusuar Tanjung Kalian
Mercusuar yang berdiri tegar dan kokoh di Tanjung Kalian adalah sebuah sarana penyelamat lalu lintas kapal yang di bangun oleh Belanda pada tahun 1862. Mercusuar ini memiliki ketinggian lebih kurang 65 m dan terdiri dari 16 pantai. Dari puncak menara, keindahan se keliling dapat terlihat. Ke arah barat, tampak Pantai Tanjung Kalian dengan pasir yang putih sepanjang lebih kurang 5 km. Ke sebelah timur, tampak pelabuhan tua kota Muntok. Di waktu malam, sinar lampu mercusuar ini dapat terlihat dengan jelas dengan radius 5 km dari arah laut, sebagai markas jalur kapal-kapal yang melintas.

Selasa, 10 Mei 2016

Tempat Wisata

 Pantai Parai Tenggiri


Salah satu wisata pantai yang ada di Kepulauan Bangka Belitung, yaitu Pantai Parai Tenggiri. Pantai ini berjarak kurang lebih 40 km dari Bandar Udara Depati Amir, Bangka. Tepatnya berada di Sungai Liat. Pantai ini memiliki kontur tanah yang landai dengan ombak yang relatif kecil. Dengan tipe pantai yang seperti ini, wisatawan yang datang berkunjung ke pantai ini dapat melakukan aktivitas berenang.

Eksotisme Pantai Parai Tenggiri Sumatera
Sama seperti pantai-pantai kebanyakan, pantai ini juga memiliki hamparan pasir putih. Namun, yang membedakan adalah air lautnya yang berwarna hijau tosca yang menambah eksotisme Pantai Parai Tenggiri. Pantai ini dulunya dikelola oleh pemerintah setempat, namun sekarang ini dikelola oleh pihak swasta. Kawasan wisata pantai ini merupakan kawasan wisata hijau atau disebut Parai Green Resort sebagai bentuk dalam menyelamatkan lingkungan. Oleh karena itu Pantai Parai Tenggiri adalah pantai andalan di Kepulauan Bangka Belitung.
Selain pesona keindahan air lautnya yang berwarna hijau dan kebersihan pantainya, pantai ini memiliki daya tarik tersendiri. Bebatuan yang berserakan di sepanjang pantai dengan berbagai bentuk dan ukuran menambah nilai keindahan dari Pantai Parai Tenggiri. Jika Anda bosan dengan berenang, Anda bisa menikmati pantai ini dengan cara duduk di atas batu-batuan tersebut dan mengabadikan momen indah bersama kerabat atau keluarga Anda.

Resort Pantai Parai Tenggiri Pulau Sumatera
Selain itu, Anda juga bisa melakukan aktivitas seperti memancing dan snorkeling. Atau jika Anda penasaran dengan keindahan bawah lautnya, Anda juga bisa menyelam untuk menikmati penghuni bawah laut pantai ini. Anda tidak perlu khawatir untuk masalah peralatannya, karena di kawasan ini terdapat persewaan peralatan snorkeling dan menyelam lengkap dengan perahu dan pemandunya. Selain aktivitas tersebut, masih ada lagi olahraga air seperti jetski, 


tempat wisata

Gunung Menumbing


Menumbing di wilayah Kecamatan Mentok suatu tempat yang bersejarah Karena tempat pengasingan Pejuang Proklamator Republik Indonesia pada masa aksi militer Belanda ke II (Clash II) di samping pemandangannya yang indah, di puncaknya ada rumah peristirahatan yang lengkap dengan lapangan tenis serta kolam renangnya.
        Di Pulau Bangka tidak terdapat binatang buas seperti harimau, singa, beruang, maupun gajah, namun demikian terdapat berbagai jenis ular yang berbisa seperti ular sabak,ular tedung,ular tepung ari. Sedangkan yang lainnya adalah berjenis jenis burung, ayam hutan, rusa, berang-berang, babi hutan, pelanduk, monyet, napuh, biawak, kijang, tenggiling, buaya dan sebagainya.
        Hutan-hutan besar seperti di Sumatera, Kalimantan atau Irian Jaya tidak terdapat di Pulau Bangka, namun di sini tumbuh berjenis jenis pohon kayu seperti seruk, meranti, pelawan, nyato, menderu, galam, bulin, nyirih, bakau, pelempeng dan banyak lagi yang lainnya.
        Begitu pula sungai sungainya tidak ada yang besar, yang dapat digolongkan besar adalah seperti sungai Layang, sungai Baturusa, Sungai Selindung, sungai Jering, Sungai sungaiselan, sungai Kampa, Sungai Menduk, Sungai Pangkalbalam dan Sungai Kepoh.
          Gunung-gunungnya pun tidak berapa tinggi hanya gunung Maras yang mencapai ketinggian 700 m, sedangkan yang lainnya seperti gunung menumbing 445 m, gunung Mangkol 347 m, gunung Permis 453 m dan gunung Puding 510 m.

Jumat, 06 Mei 2016

Pakaian adat pengantin Bangka Belitung


Pakaian adat pengantin bangka beliung untuk perempuan adalah baju kurung merah yang biasanya terbuat dari bahan sutra atau beludru yang jaman dulu disebut baju Seting dan kain yang dipakai adalah kain bersusur atau kain lasem atau disebut juga kain cual yang merupakan kain tenun asli dari Mentok. Pada kepalanya memakai mahkota yang dinamakan “Paksian”. Bagi mempelai laki-laki memakai “Sorban” atau disebut “Sungkon”.
Baju pengantin perempuan menurut keterangan orang tua-tua berasal dari negeri Cina, konon menurut cerita ada saudagar dari Arab yang datang ke negeri Cina untuk berdagang sambil menyiarkan agama Islam dan jatuh cinta dengan seorang gadis Cina kemudian melangsungkan perkawinan dengan gadis Cina tersebut, pada perkawinan inilah mereka memakai pakaian adat masing-masing. Selanjutnya karena banyaknya orang-orang Cina dan Arab yang datang merantau ke pulau Bangka terutama ke Kota Mentok yang merupakan pusat pemerintahan pada waktu itu diantaranya ada yang melakukan perkawinan maka banyaklah penduduk pulau Bangka yang meniru pakaian tersebut. Pakaian pengantin tersebut pada akhirnya kita sebut dengan nama “Paksian”. Pakaian tersebut terdiri dari
Pakaian Pengantin Perempuan
            Pakaian pengantin perempuan adalah baju kurung dengan bahan beludru merah yang dilengkapi dengan teratai atau penutup dada serta menggunakan kain cual yaitu kain tenun asli Bangka yang berasal dari Mentok, dengan hiasan kepala yang biasa kita sebut Paksian dan dilengkapi dengan asesoris :

  1.       Kembang cempaka
  2.       Kembang goyang
  3.       Daun bambu
  4.       Kuntum cempaka
  5.       Sepit udang
  6.       Pagar tenggalung
  7.       Sari bulan
  8.       Tutup sanggul atau kembang hong
  9.       Kalung
  10.       Anting panjang
  11.       Gelang
  12.       Pending untuk pinggang

Baju pengantin perempuan ditambah dengan hiasan payet atau manik-manik dan dilengkapi dengan hiasan Ronce Melati untuk keindahan dan keharuman alami (bukan keharusan).

Pakaian Pengantin Laki-laki
Adapun untuk pakaian pengantin laki-laki terdiri dari :

  1.       Jubah panjang sebatas betis
  2.       Selempang yang dipakai pada bahu sebelah kanan
  3.       Celana
  4.       Penutup kepala seperti sorban  (sungkon)
  5.       Pending
  6.       Selop / Sendal Arab

            Pakaian pengantin laki-laki ini berwarna merah dan biasanya dari bahan beludru dengan hiasan manik-manik dan sama dengan pengantin perempuan dilengkapi dengan Ronce Melati untuk keindahan dan keharuman alami (bukan keharusan).

Adat Pernikahan

Pulau Belitung
            Belitung adalah kabupaten kepulauan yang dikelilingi hampir 200 pulau besar dan kecil. Sejak akhir tahun 2000, kabupaten berpenduduk lebih dari 2 ratus ribu jiwa ini menjadi bagian dari propinsi Bangka Belitung. Beragam etnis hidup berdampingan di kawasan yang memiliki panorama indah ini. Kesenian rakyat Belitung umumnya berbau Melayu, dengan menggabungkan tradisi sebelum dan sesudah masuknya Islam ke daerah ini. Kentalnya budaya Melayu amat terasa pada upacara pernikahan adat setempat.
            Dalam adat Belitung, tak harus seorang wanita yang dilamar, saat menjelang perkawinannya. Bisa saja, prialah yang dilamar oleh calon pendamping hidupnya. Hal ini menandakan masyarakat Belitung selalu luwes dalam memandang anggota masyarakatnya. Tidak mesti pria yang dominan dibanding perempuan, ataupun sebaliknya. Semuanya diselesaikan melalui kesepakatan kedua belah pihak.
            Pelaksanaan upacara pernikahan adat Belitung biasanya membutuhkan waktu 3 hari 3 malam. Bahkan bisa mencapai 7 hari 7 malam. Hari pertama, adalah saatnya mengetuk pintu. Pada hari pertama ini calon pengantin pria tidak menyertakan kedua orang tuanya. Sang mempelai didampingi oleh saudara ayah atau ibu. Rombongan mempelai pria tidak lantas begitu saja masuk ke dalam rumah. Ada 3 pintu yang harus mereka lewati. Berebut lawang, demikian istilah yang dikenal di Belitung.
`           Di pintu pertama ini, sebaris pantun diucap rombongan tamu. Sebaris pantun pula dibalas tuan rumah, diwakili tukang tanak, orang yang memasak nasi. Tak habis sebaris, pantunpun berlanjut. Intinya adalah menyampaikan maksud kedatangan rombongan tamu yang didengarkan oleh tukang tanak. Namun bukan berarti rintangan sudah usai. Masih ada 2 pintu lagi yang harus dilalui rombongan mempelai pria.
            Di pintu kedua, kali ini mereka harus berhadapan dengan Pengulu Gawai, yang merupakan pemimpin hajatan. Berbalas pantun kembali dijalin. Pengulu gawaipun menanyakan maksud kedatangan rombongan tamu. Dua pintu telah dilalui, namun belumlah cukup. Masih tersisa satu lagi. Yang terakhir, pintu ketiga dikawal Mak Inang, seorang juru rias pengantin.
            Mak Inang menanyakan barang bawaan atau sire rombongan tamu yang hendak meminang. Dengan sire berarti keluarga besar rombongan tamu mempunyai niat mengikat tali persaudaraan. Lewat pintu ini, barulah lega rombongan tamu. Hantaran dan tipak yang dibawa rombongan tamupun beralih tangan. Seperangkat tempat sirih lengkap, yang menyimpan 17 macam barang, menggambarkan jumlah rakaat shalat dalam 1 hari, kini di tangan tuan rumah. Demikian pula dengan sejumlah uang, yang berkelipatan lima. Angka lima melambangkan jumlah shalat wajib bagi kaum muslim.
            Sang pengantin pria, akhirnya dipertemukan dengan pujaan hati, yang segera akan dinikahinya. Akad nikahpun digelar. Hari kedua, saat bejamu, lebih menyiratkan rasa persaudaraan dua keluarga yang telah dipersatukan ini. Di hari kedua, orang tua pengantin pria yang selama ini diwakilkan barulah muncul, dipertemukan dengan pihak keluarga dan orang tua pengantin wanita.

            Peran Mak Inang, begitu sangat terasa di hari kedua ini. Bahkan bisa dibilang sangat mendominasi. Ia harus memandu serangkaian adat Belitung. Seperti saling tukar kue. Memiliki makna, mertua harus ingat akan menantunya, demikian pula sebaliknya. Namun demikian, pesta belumlah usai. Masih ada hari ketiga. Pasangan pengantin, dimandikan dengan air kembang 7 rupa. Mandik besimbor istilahnya. Merekapun menginjak telur. Cukup mengagetkan, saat pengantin ini berlari ke arah pelaminan. Gurauan umum beredar siapa yang mencapai pelaminan terlebih dahulu dialah yang mengatur roda kehidupan keluarganya kelak.

Adat Pernikahan

Pulau Bangka
            Tradisi ini di bagi masyarakat Melayu Bangka adalah sesuatu yang penting dan sakral, oleh sebab itu tata cara pengaturan perkawinan mulai dari persiapan acara, pelaksanaan upacara bahkan setelah selesai upacara harus direncanakan dan dipersiapkan dengan sesempurna mungkin. Perkawinan atau pernikahan secara tradisional bertujuan untuk menjalankan sunatullah, memenuhi kebutuhan biologis, mencapai status sosial tertentu dan pengekalan tali darah serta meneruskan keturunan.

            Kehidupan masyarakat dan adat istiadat Bangka sangat dipengaruhi oleh unsur budaya Melayu dan agama Islam, termasuk pelaksanaan upacara yang berhubungan dengan siklus kehidupan (life cycle) yang berhubungan dengan tahapan-tahapan krisis kehidupan seseorang (crisis rate) yang telah digariskan menurut adat Melayu karena Kepulauan Bangka Belitung termasuk di dalamnya bangka  merupakan daerah yang masuk dalam Rentang Tanah Melayu. Kemudian tata cara perkawinan umumnya dilaksanakan sesuai agama Islam.Pada tradisi perkawinan biasanya dimeriahkan dengan berbagai macam tarian, musik tradisional seperti Tari Campak, Tari Zapin dan musik dambus.

Kamis, 05 Mei 2016

Makanan Khas

Kue Jongkong
kue ini terdiri dari dua warna yaitu putih dan hijau,dimana yang berwarna hijau ditambahkan dengan air perasan daun pandan,sedangkan yang berwarna putih hanya olahahan gandum yang diisi air dan garam dapur, cara membuatnya cukup mudah.
pertama-tama siapkan tempatnya,kemudian bagian bawah isikan gula aren atau gula pasir setelah itu masukan kue yang berwarna hijau setengah dari wadah,kemidian baru isikan kue yang berwarna putih.tunggu sampai kuenya dingin,setelah itu siap untuk disajikan.
  

Makanan Khas

kue klepon
keu ini berhahan dasar ubi dan gandum,warnnya yang sanggat menarik yaitu berwarna hijau dan untuk aroma bauya ditmbahkan dengan air perasan daun pandan. untuk mempercantik tapilan biasanya di tambahkan dengan parutan kelapa tua yang di campuri dengan garam dapur
  

Makanan Khas

Mie kuah ikan
Mie ikan Bangka memang dikenal sebagai salah satu kuliner khas daerah ini. Mie ikan Bangka yang saat ini sedang populer adalah mie Koba. Padahal, ada mie ikan jenis lain yang tak kalah lezat dari mie Koba, yakni mie ikan Toboali. Sebagaimana namanya, mie ikan ini berasal dari Toboali di Bangka Selatan. Orang-orang boleh berduyun-duyun membeli mie Koba yang memang lebih mudah ditemui di Pangkalpinang, ibukota Kepulauan Bangka Belitung, tanpa harus susah payah pergi ke Koba di Bangka Tengah. Saya juga salah seorang yang gemar makan mie ikan Bangka. Namun, tidak seperti orang kebanyakan, saya justru lebih menyukai cita rasa mie ikan Toboali.

Saat terakhir pulang ke Pulau Bangka beberapa waktu yang lalu, mie ikan Toboali memang hanya bisa ditemui di Toboali di Bangka Selatan. Belum ada penjual yang membuka cabang di Pangkalpinang. Meskipun demikian, warung-warung mie ikan ini selalu ramai diserbu warga. Padahal di Toboali, ada beberapa warung mie ikan, namun tetap saja semuanya sesak dengan warga yang ingin menikmati kuliner khas Pulau Bangka ini. Ada beberapa perbedaan yang membuat saya lebih menyukai mie ikan Toboali dibandingkan mie ikan Koba, meskipun keduanya mie kuah ikan yang sama-sama berasal dari Pulau Bangka. Pertama, mie ikan Toboali rasanya tak semanis mie ikan Koba. Maklum, lidah saya kurang cocok dengan makanan manis. Selanjutnya, tidak seperti mie ikan Koba, mie ikan Toboali disajikan dengan potongan daun bawang yang membuat rasa mie semakin lezat saja. Terakhir, dan ini istimewanya mie ikan Toboali, mie ikan ini bisa dinikmati dicampur dengan sate ikan khas daerah sini.
      

Makanan Khas

Empek-empek udang

 
dibuat hanya oleh masyarakat nelayan yang tinggal di pesisir pantai, seperti di Desa Belo Laut Kecamatan Muntok Kabupaten Bangka Barat, memiliki cita rasa khas udang yang sangat jarang ditemui di wilayah-wilayah lain yang memproduksi makanan khas empek-empek.

Makanan Khas

Martabak


sejarah martabak manis
Martabak Manis atau yang aslinya bernama Hok Lo Pan awalnya adalah Makanan Khas Bangka Belitung.  Hok Lo Pan atau Martabak diciptakan oleh orang-orang Hakka ( Khek ) Bangka.  Satu-satunya di dunia, makanan orang suku Hakka (khek) yang memakai nama suku Hoklo. Hampir semua orang di kota-kota besar seperti di kota Jakarta mengenal Martabak Bangka, nama aslinya di Bangka adalah Hok Lo Pan (Martabak ). Arti Hurfiah Hok Lo Pan ( Martabak ) adalah Kue Orang Hok Lo. Hok Lo Pan ( Martabak ) adalah kue yang sangat sederhana. Membuatnya pun sepertinya mudah. Hanya 12 Menit menunggu Hok Lo Pan ( Martabak ) pun Jadi. Menggunakan tepung terigu, diolesi dengan mentega, ditaburi coklat butir campur kacang tanah dan wijen, atau Keju parut campur wijen, kemudian diberikan susu kental manis, selesai. Ringkasnya seperti itu. Kini, isi dalam Hok Lo Pan ( Martabak ) beragam, ada pisang, strawberry, blueberry, dll. Aslinya hanya wijen saja. 


Sejarah Martabak Telur

Setelah ditelusuri ternyata kata Martabak adalah merupakan bahasa Arab yang memiliki arti "terlipat". Sejarah dari kue Martabak ini sendiri juga cukup menarik untuk disimak, berawal dari seorang pemuda dari Tegal Jawa tengah yang bernama Ahmad bin Abdul Karim berkelana ke kota besar yaitu Semarang untuk berdagang pada tahun 1930. Kemudian beliau bertemu seorang warga India bernama Abdullah bin Hasan al-Malibary yang pandai memasak dan menjadi sahabat. Suatu ketika Abdullah yang berasal dari India ini diajak kekampung halaman Ahmad dan diperkenalkan dengan saudara perempuannya, dan perkenalan tersebut menghasilkan pernikahan antara keduanya. Abdullah ini juga pandai membuat sebuah masakan yang terbuat dari terigu yang disebut martabak, karena beliau tinggal di Indonesia sehingga membuat kue Martabak yang lebih disesuaikan untuk lidah orang Jawa yang suka memakan sayuran, yaitu martabak yang berisi sayuran yang dicampur dengan bahan lainnya.